sayonara

sayonara
mondok

Biografi imam Al Ghozali

Author : admin

Imam Hujjatul Islam, Muhammad bin Muhammad bin Ahmad yang terkenal dengan panggilan Abu Hamid  Al-Ghozali, di lahirkan di sebuah desa yang bernama Ghozalah di kota Thous propinsi Khurosan,Iran sebelah utara,pada tahun   450 H. Ayahnya adalah seorang yang sholeh,yang bekerja sebagai penenun dan menjualnya di tokonya sendiri yang berada di Athousi.
     Sewaktu masih kecil Al-Ghozali belajar fiqih kepada syekh Ahmad bin Muhammad                               Ar-Radzikani, di kampung halamannya sendiri. setelah itu beliau kemudian pergi ke jurjan untuk berguru kepada syekh Abu naser Al-Ismaily. Beliau banyak mencatat keterangan-keterangan dari syekh Abu Naser ini. kemudian  beliau menghafalkan semua keterangan dari gurunya tersebut selama kurang lebih tiga tahun, hingga hafal semuanya.
     Sesudah itu Al-Ghozali pergi ke Naisabur untuk berguru kepada imam                      Al-Haromain        Al-Juwaini. beliau sangat tekun dan giat belajar kepadanya, sehingga beliau menjadi mahir di segala bidang ilmu pengetahuan. karena kepandaiannya dalam berbagai bidang ilmu itulah,gurunya, Imam                 Al-Haromain menggelarinya Bahrun Mughdiq artinya lautan luas yang tak bertepi.
     Ketika Imam Al-Haromain wafat, maka           Al-Ghozali pergi menjumpai Wazir Nidlomul Muluk yang sangat terkenal cinta kepada ilmu dan ulama’. beliau kemudian oleh wazir di angkat menjadi guru besar pada Universitas ANNIDLOMIYAH di baghdad. Beliau lalu pergi menuju baghdad pada tahun 484 H. dan mulai aktif memberi kuliah di lembaga tinggi tersebut. beliau sangat di kagumi oleh kalangan ulama’ dan mahasiswa di universitas tersebut, karena bahasan-bahasannya yang sangat kritis dan mendalam. penghormatan yang mereka berikan kepada Al-Ghozali melebihi penghormatan   yang   mereka   berikan  kepada-








pejabat dan penguasa bahkan keluarga istana. Padahal waktu itu beliau masih sangat muda, yaitu baru berusia 34 tahun.
     Al-Ghozali mengajar di Universitas tersebut selama kurang lebih sepuluh tahun, dengan pangkat dan kedudukan yang sangat tinggi, pengaruh yang luas dan kesejahteraan yang lebih dari cukup . tetapi dalam hati beliau kemudian timbul keinginan yang sangat kuat untuk meninggalkan segala kemewahan dunia tersebut. Beliau akhirnya meninggalkan kedudukan dan jabatannya yang tinggi itu. Beliau lalu pergi ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji, kemudian pergi ke Syam dan tinggal sementara di kota Baitul Maqdis, kemudian beliau pergi ke Damaskus dan beruzlah di sebuah  zawwiyah di   dalam masjid raya Al-Umawi. Zawwiyah tempat uzlah Al-Gholzali tersebut masih ada sampai sekarang dan terkenal dengan sebutan zawwiyah Al-Ghozaliyah. Di tempat inilah beliau menghabiskan waktunya untuk menulis kitab Ihya’ Ulumuddin.
     Setelah beliau di masjid Al-Umawi di kota Damaskus, selama kurang lebih dua tahun, beliau kembali ke baghdad, di kota inilah beliau membuka majlis Al-Wa’adz.. selama di baghdad sesudah uzlah ini beliau selalu berbicara masalah hakekat, tidak seperti sebelumnya. Beliau kemudian kembali ke khurosan daerah asalnya. Tetapi tidak lama kemudian beliau di minta oleh Fakhrul Muluk, putera wazir Nidlomul Muluk untuk mengajar di Universitas ANNIDLOMIYAH yang ada di Naisabur. Beliau semula enggan memenuhi permintaan Fakhrul Muluk ini. tetapi setelah beliau berpikir , bahwa dirinya diciptakan oleh Allah tidak hanya berkewajiban mengajar kepada dirinya sendiri tetapi juga kepada orang lain . Akhirnya beliau memenuhi permintaan Fakhrul Muluk tersebut, pada tahun 499 H. Kemudian pada tahun 500 H. Beliau kembali pulang ke Thous, karena Fakhrul Muluk  meninggal dunia  dalam suatu Pembunu -
Biografi
han yang di lakukan oleh sekelompok ekstrimis sekte syiah Ismailiyah.beliau kemudian mendirikan sebuah madrasah dan pondok pesantren di dekat rumahnya, Di tempat inilah beliau menghabiskan sisa-sisa umurnya untuk mengajar para santri, menghatamkan Al-Qur’an, melakukan sholat-sholat sunah dan puasa hingga di panggil Allah SWT. namanya semakin harum, derajatnya makin tinggi, lebih tinggi dari bintang-bintang di langit dan cahaya petunjuknya lebih terang dari pada sinar bulan purnama di kegelapan malam. tak seorangpun yang membencinya kecuali orang hasud dan zindiq saja.
     Beliau wafat pada hari senin 14 jumadil Akhir tahun 505 H. dalam usia 55 tahun. Imam Ibnu Jauzy menceritakan dari Imam Ahmad, saudara Imam      Al-Ghozali, bahwa ketika fajar pada hari tersebut terbit, beliau segera mengambil wudlu. Setelah itu beliau meminta kain kafan, lalu berkata : Aku telah siap memenuhi panggilan-Mu dengan penuh ketaatan. Beliau kemudian membujurkan kedua kakinya dengan menghadap ke arah kiblat, terus menghembuskan nafas terakhirnya, jenazah beliau di makamkan di Tobron, sebuah kawasan di kota Thous.


اعاد الله علينا من بركاته وانواره واسراره وعلومه واخلاقه.امين

Leave a Reply